SEJARAH YANG
TERLUPAKAN(!).
H. M. Noor & Ibu |
KM KEMPO: Sejarah yang mengisahkan
tentang perjungan untuk mempertahankan kemerdekaan Bangsa dan Negara Indonesia
sesungguhnya masih banyak yang perlu di gali dan di analisa untuk melengkapi
kiprah Perjuangan para Pahlawan. dan Perjuangan itu sendiri tidak semua
terpusat dari kota atau tempat yang besar saja tetapi para Pejuang lokal juga
ikut memberikan andil perjuangan untuk mempertahankan Kemerdekaan Negara Indonesia. Berikut ini kami
akan menguraikan kisah kisah Mangge Merdeka.
Kisah Mangge (pohon asam) merdeka
adalah sebuah fakta sejarah yang menjadi bukti dimana di tempat tersebut
terjadi sebuah rapat akbar yang di lakukan
oleh beberapa tokoh Pejuang untuk menindak lanjuti Proklamasi Kemerdekaan
yang di lakukan oleh Presiden Sukarno dan Drs Muh Hatta di Jakarta, berikut penuturan saksi
sejarah yang juga ikut memberikan cap sepuluh jari sebagai tanda ikrar setia untuk mempertahankan Kemerdekaan
itu H. M. Noor,
Mangge Merdeka atau Mangge Ra’a
Mangge Ra,a |
kisah
mangge merdeka atau mangge ra,a berawal dari kedatangan dua orang utusan khusus presiden Soekarno dari Jakarta untuk untuk wilayah Bima Dompu menyampaikan
kabar tentang indonesia telah merdeka dan membawa kertas dalam jumlah yang
banyak, utusan itu sesampainyan di Dompu
di terima oleh Ishaka dan M. Saleh Jakaria. Ishaka dan
M. Saleh Jakaria ini membawa kedua orang utusan ini kesebuah tempat yang
tersembunyi jauh dari pantaun para serdadu belanda, yaitu di Konte. sesampainya
di Konte, utusan di bagi dua: satu orang di sembunyikan, dan satu lagi di
bawa ke utara kampung dibawah sebuah pohon besar , pohon itu adalah pohon
Asam. Di depan beberapa tokoh tokoh pejuang utusan tersebut menguraikan maksud
kedatangannya dan berpidato, orang
belanda makan gula pasir kita makan gula pasir, orang belanda makan gula merah
kita makan gula merah, maksud kedatangan utusan tersebut adalah ingin mengajak
kepada para perjuang untuk mempertahan Negara dan Bangsa yang telah di Proklamasi
dan meminta bukti kesetiaanya itu dengan cap tinta darah sepuluh jari di atas
lembaran kertas yang di bawa oleh utusan dan meminta kesiapanya untuk berangkat
ke Jakarta menemui Presiden. Tanpa
membuang buang waktu, semua anggota yang hadir di tempat itu langsung mengambil
tindakan. satu persatu cap tinta darah cap di mulai, Ishaka yang bertindak
sebagai ketua umum wilayah Bima Dompu memulai melakukan di ikuti oleh M.Saleh
Jakaria ketua Dompu, Petrus dari NTT, Hasan, H. Nurdin,Sidik, dari tente, Guru
Kasim,Yusuf dari Sila, H. Noor, Hamid, kepala Satu konte dan H. Mansur
perwakilan konte dari razak perwakilan
Nisa pulau Bajo. setelah semua yang hadir memberikan cap jari, satu persatu
anggota mencari masyakat yang lain untuk mekukan hal yang sama. kedatangan pun
tidak boleh bergerombolan harus satu persatu.
Setelah
selesai tim merungdingkan pelayaran ke Jakarta
dengan perahu layar. pelayaran di rencanakan tiga hari setelah Cap jari.selama
tujuh tidak ada hari yang nyaman untuk para pejuang tersebut. Subuh sebelum
matahari sudah masuk kembali ke dalam hutan untuk bersembunyi sampai Isya dan
untuk makan siangnya menunggu pasokan dari masyarakat yang lain,dan malam hari
semua pejuang akan tidur dan di rumah kasim magulili di sambi .Adalah Abdul Gani
uba Rahe dan Kasim selaku Kepala Dusun
kesi yang bertindak sebagai pengatur siasat. Perahu yang di gunakan untuk
berlayar milik rasak yang juga sebagai juru mudi, dan perbekalan lainnya di
siapkan, usaha mereka rupanya sudah tercium oleh serdadu Belanda NICA, di rumah
Kasim yang berada di bibir pantai kesi disiapkan pisang dalam jumlah yang cukup
banyak, serdadu menanyakan keberadaan pisang itu dan Kasim menjawab Pisang Ini
untuk tuan Belanda NICA maka amanlah pisang tersebut. tepat hari yang di
rencanakan pelayaran pun di lakukan,
Sore
hari yang di rencanakan berangkatlah rombongan dengan perahu layar.tengah malam
setelah keberangkatan rombongan, datanglah sepeleton pasukan NICA bersenjata
lengkap dengan sangkur terpasang di ujung laras senjata. untuk mencari para
pejuang tersebut dan mengobrak abrik seluruh perkampungan,Di Rumah Kasim
magulili di sambi di temukan secarik kertas yang bertuliskan ‘MERDEKA’. Naaslah
buat beliau segala bentuk penyiksaan di alami oleh beliau .
Tekad Belanda yang ingin mendapatkan utusan khusus
itu luar biasa, berbagai upaya di lakukan tidak dapat di kesi belanda terus
mencari ke kempo, Soriutu, Banggo dan terus ke Sumbawa tepatnya di Moyo hilir
serdadu NICA merampas perahu milik warga dan meyebrang ke pulau moyo. Di selat
moyo para pejuang di tangkap dan di bawah kepenjara Bima .untuk menghilangkan
jejak dokumen Cap jari tinta darah di gulung dan di ikat dengan sapu tangan dan
keris pusaka milik M saleh Jakarialah yang di gunakan sebagai pemberat, lalu
di larutkan ke dalam laut. Beberapa
orang di antara mereka ada yang mendapatkan balasan sebagai Legiun Veteran
setelah bebas menjalani hukuman tiga
sampai lima tahun.
PERAN H MUHAMAD NOOR.
Setelah
cap jempol sepuluh jari di mangge merdeka, H muhamad noor di tugaskan oleh teman
temannya untuk menjaga dan menyembunyikan satu orang utusan yang berasal dari
tanah jawa tersebut,tempat yang paling aman adalah Jompa milik hamid kepala
dusun. Peristiwa
penemuan secarik kertas yang bertuliskan merdeka di rumah kasim magu lili
merupakan petaka bagi seluruh masyarakat di konte,seluruh rumah di obrak abrik
untuk mencari dimana tempat persembunyian para aktifis kemerdekaan tidak terkecuali beliau.kecurigaan serdadu semakin
memuncak ketika beliau di todong dengan senjata mengusir untuk pergi namun beliau
tidak juga beranjak.setiap pertanyaan belanda di jawab hanya dengan kata
merdeka.siksaan belanda beliau hadapi
demi menyelamatkan sang utusan.setiap pertanyaan selalu di ikuti dengan pukulan
dan tendangan. Bekas Luka di bagian
pelipis mata kanan akibat hantaman popor senjata dan goresan bekas luka sobekan sangkur
serdadu di bagian punggunng tangan kiri merupakan saksi nyata ke teguhan jiwa
setelah malam yang paling menyakitkan,itu utusan tersebut melarikan diri ke
wilayah bima setelah serdadu pergi dari wilayah kempo.
Rumah H. M. Noor |
Walaupun
pernah ikut berjuang namun sampai pada umurnya yang sudah mencapai 92 tahun
namun belum ada seorangpun yang datang menggali sejarah baik dari pemerintah
organisasi lain .melaui kampung media ini beliau sangat berharap apa yang menjadi
cita citanya sejak era kepemimpinan bupati
umar yusup yang ingin mendirikan
tugu di tempat yang paling bersejarah dalam bisa menjadi kenyataan. Walaupun
sama sama berjuang namun dirinya tidak pernah iri dengan temannya yang
mendapatkan gelar veteran. Di rumah yang sederhana di Dusun Maria Desa
Konte,Dalam keadaan Sakit sakitan Dengan mata yang berkaca kaca menyampaikan
ucapan terima kasih atas upaya yang telah dilakukan kampung media kempo,yang
telah berupaya mempublikasikan sejarah yang telah lama di pendamnya ini.kepada
pemerintah berharap agar mau membantu mewujudkan mimpinya mendirikan tugu atau
semacamnya ditempat mangge merdeka atau mangge raa sebelum beliau meninggal
agar batinnya bisa tenang. Disadur dan tulis dari kisah yang di cerita langsung
oleh saksi sejarah (H M NOOR) kepada
kampung media kempo, minggu dan Selasa 3 -5 November 2013.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar